1.
Pengertian
Ventrikel Septum Defek
(VSD) yaitu kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler,
lubang tersebut dapat hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan
fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan, sehingga darah
bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya (Heni,
2001).
Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran mm sampai dengan ukuran cm :
a.
VSD kecil : diameter
sekitar 1-5 mm, pertumbuhan anak dengan keadaan ini masih normal walaupun ada
kecenderungan terjadi infeksi saluran pernapasan.
b.
VSD sedang – sangat
besar : diameter lebih dari setengah ostium aorta, tekanan ventrikel kanan
biasanya meninggi (Heni, 2001).
2. Klasifikasi
Klasifikasi vetrikel septum defek menurut Heni
(2001) dibagi menjadi :
a.
Berdasarkan lokasi defek,
VSD terbagi atas 4, yaitu :
·
Defek subpulmonal,
disebabkan oleh kekurangan septum conal
·
Defek membranosa, terletak dibelakang septum dari katup
tricuspidalis
·
Defek atrioventrikular
(AV), disebabakan karenan kekurangan komponen endokardial dari septum
interventrikuler.
·
Defek muscular, dapat
terjadi dibagian manapun dari septum otot.
b.
Berdasarkan ukuran defek,
VSD terbagi atas 3, yaitu :
·
Defek kecil : ukuran 1-5
mm, tidak ada gangguan tumbuh kembang, bunyi jantung normal, EKG dalam batas
normal, lubang menutup secara spontan pada waktu umur 3 tahun.
·
Defek sedang : sering
terjadi symptom pada masa bayi, ukuran defek 5-10 mm, sesak napas pada waktu
aktivitas, BB sukarnaik sehingga tumbuh kembang terganggu, mudah menderita infeksi
dan butuh waktu lama untuk sembuh, EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel
kiri maupun kanan tapi kiri lebih meningkat.
·
Defek besar : gejala
muncul pada minggu pertama dilahirkan seperti. Dispnea meningkat, sesak napas,
kadang sianosis karena kekurangan oksigen, gangguan tumbuh kembang, EKG
terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri dan kanan.
3.
Etiologi
Penyebab VSD
adalah multi faktor. Faktor yang berpengaruh
adalah :
a. Faktor prenatal (faktor eksogen)
·
Rubela
atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
·
Gizi
ibu hamil yang buruk
·
Usia
ibu lebih dari 40 tahun
·
Ibu
menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
·
Ibu
meminum obat-obatan penenang
·
Ibu
yang alkoholik
b. Faktor genetik (faktor endogen)
·
Anak
yang lahir sebelumnya menderita PJB
·
Ayah/ibu
menderita
PJB
·
Kelainan
kromosom misalnya sindrom down
·
Lahir
dengan kelainan bawaan yang lain (Betz, 2002).
4.
Patofisiologi
Defek septum
ventricular ditandai dengan adanya hubungan septal yang memungkinkan darah
mengalir langsung antar ventrikel, biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm.
Perubahan fisiologi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan
meningklatkan aliran darah kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel
kanan.
b. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam paru, yang
akhirnya dipenuhi darah, dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vascular
pulmoner.
c. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel kanan
meningkat, menyebabkan piarau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari
ventrikel kanan ke kiri, menyebabkan sianosis.
Keseriusan
gangguan ini tergantung pada ukuran dan derajat hipertensi pulmoner. Jika anak
asimptomatik, tidak diperlukan pengobatan; tetapi jika timbul gagal jantung
kronik atau anak beresiko mengalami perubahan vascular paru atau menunjukkan
adanya pirau yang hebat diindikasikan untuk penutupan defek tersebut. Resiko
bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun (Betz, 2002).
5.
Pathway
Download Pathway Ventrikel Septum Defek |
6.
Tanda dan Gejala
a. Pada VSD kecil: biasanya tidak ada gejala-gajala. Bising
pada VSD tipe ini bukan pansistolik,tapi biasanya berupa bising akhir sistolik
tepat sebelum S2.
b. Pada VSD sedang: biasanta juga tidak begitu ada
gejala-gejala, hanya kadang-kadang penderita mengeluh lekas lelah., sering
mendapat infeksi pada paru sehingga sering menderita batuk.
c. Pada VSD besar: sering menyebabkan gagal jantung pada
umur antara 1-3 bulan, penderita menderita infeksi paru dan radang paru.
Kenaikan berat badan lambat. Kadang-kadang anak kelihatan sedikit sianosis
d. Gejala-gejala pada anak yang menderitanya, yaitu; nafas
cepat, berkeringat banyak dan tidak kuat menghisap susu. Apabila dibiarkan
pertumbuhan anak akan terganggu dan sering menderita batuk disertai demam
(Junadi dkk, 1982).
7.
Penatalaksanaan
a. Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat
menutup secara spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis
infektif.
b. Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal
jantung, dapat ditunggu sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini
dapat mengecil. Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila
pertumbuhan normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai
berat badannya 12 kg.
c. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum
permanen: biasanya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam
pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit
terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda sambil
menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat dilakukan setelah
berumur 6 bulan.
d. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal
permanen:operasi paliatif atau operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena
arteri pulmonalis mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel
kanan akan diberi beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami
dekompensasi. Bila defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan
dapat disalurkan ke ventrikel kiri melalui defek (Junadi dkk, 1982).
8.
Komplikasi
a. Gagal jantung kronik
b. Endokarditis infektif
c. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonar
d. Penyakit vaskular paru progresif
e. Kerusakan sistem konduksi ventrikel (Junadi dkk, 1982).
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek
(sianosis, aktifitas terbatas)
b. Kaji adanya komplikasi
c. Riwayat kehamilan
d. Riwayat perkawinan
e. Pemeriksaan umum : keadaan umum, berat badan, tanda –
tanda vital, jantung dan paru
f. Kaji aktivitas anak
g. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung : nafas cepat,
sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (mur-mur), edema tungkai,
hepatomegali.
h. Kaji adanya tanda hypoxia kronis : clubbing finger
i.
Kaji
pola makan, pertambahan berat badan.
2.
Pemeriksaan fisik
VSD kecil
·
Palpasi:
Impuls
ventrikel kiri jelas pada apeks kordis. Biasanya teraba
getaran bising pada SIC III dan IV kiri.
·
Auskultasi:
Bunyi jantung
biasanya normal dan untuk defek sedang bunyi
jantung II agak keras. Intensitas bising derajat III s/d
VI.
VSD besar
·
Inspeksi:
Pertumbuhan
badan jelas terhambat,pucat dan banyak kringat
bercucuran. Ujung-ujung jadi hiperemik. Gejala yang
menonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intercostal
dan regio epigastrium.
·
Palpasi:
Impuls jantung
hiperdinamik kuat. Teraba getaran bising pada
dinding dada.
·
Auskultasi:
Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada apeks dan
sering diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup
pulmonal dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang
melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela
iga II
kiri
(Suriadi, 2001).
3.
Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
a. Kateterisasi jantung menunjukkan adanya hubungan abnormal
antar ventrikel
b. EKG dan foto toraks menunjukkan hipertropi ventrikel kiri
c. Hitung darah lengkap adalah uji prabedah rutin
d. Uji masa protrombin ( PT ) dan masa trombboplastin
parsial ( PTT ) yang dilakukan sebelum pembedahan dapat mengungkapkan
kecenderungan perdarahan (Samsjuhidayat,
1997).
4.
Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
malformasi jantung.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan pada saat makan dan minum
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke
sel.
d. Nyeriakut berhubungan dengan ransangan yang masukke
daerah pulmonal
e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
f. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tidak
adekuatnya ventilasi
g. Gangguan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan sianosis (Suriadi,
2001).
DAFTAR PUSTAKA
Betz,
Cecily L, Buku Saku Keperawatan pediatric,
Ed3. Jakarta, EGC. 2002
Heni
R dkk, Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskular, Jakarta, Pusat kesehatan Jantung dan Pembuluh darah nasional
“Harapan Kita” 2001.
Junadi
dkk, Kapita SElekta kedokteran, Ed2,
Media Aesculapius, FKUI, 1982
Suriadi
& Rita Y, Asuhan keperawatan Pada
Anak, Ed1. Jakarta, Sagung Seto, 2001
Samsjuhidayat
& Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah,
Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
Baca Juga : BUDAYA BESAKA SUKU TIMOR : Pengobatan Tradisional Patah Tulang
Baca Juga : BUDAYA BESAKA SUKU TIMOR : Pengobatan Tradisional Patah Tulang
No comments:
Post a Comment
Berkomentarlah secara bijak dan sesuai topik