PERAWAT
Peran perawat sangat penting karena sebagai ujung tombak baik tidak mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Perawat juga merupakan salah satu profesi di rumah sakit dengan jumlah dominan dan paling lama kontak atau berinteraksi dengan pasien di Rumah Sakit, baik di unit IGD maupun di unit rawat inap selama 24 jam. Sebagai perawat profesional, perawat tidak hanya membantu pasien untuk mendapatkan kesembuhan, tetapi secara keseluruhan perawat juga menjalankan suatu metode agar memungkinkan perawat tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta meningkatkan keadaan kesehatan pasien menuju kearah kesembuhan. Di kalangan masyarakat, perawat dikenal sebagai sosok yang lembut dalam melaksanakan pekerjaannya berdasarkan cinta kasih. Akan tetapi di balik itu semua terkadang perawat merasa tidak puas akan beban kerja yang tinggi dan pelaksanaan peran yang tidak sesuai dengan profesinya. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja kerja perawat yang berujung pada ketidak puasan pasien dalam mendapatkan pelayanan di rumah sakit.
MAKP : Metode Asuhan Keperawatan Profesional
Dalam suatu unit pelayanan rawat inap perlu adanya sistem asuhan keperawatan yang diiringi dengan manajemen keperawatan yang baik dan sesuai. Mc Laughin, Thomas dan Barterm, 1995 dalam Nursalam (2007), mengidentifikasi delapan model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Sistem Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa pelayanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014). Dalam penerapan model asuhan keperawatan profesional, baik dalam hal pendokumentasian, timbang terima, supervisi, dan sentralisasi obat jika tidak dijalankan dengan baik, maka hal tersebut menunjukkan kinerja kerja perawat menurun.
ANALISIS SWOT : Strength, Weakness, Opportunity, Threatened
Hasil survey yang dilakukan Go Reinnamah pada tanggal 06 April–18 April 2014, di salah satu Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit tipe B kota Blitar dengan menggunakan pendekatan Analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threatened). Menunjukkan hasil M1–Man (-0,41;0,3) yang artinya tenaga perawat di Ruang Penyakit Dalam tersebut belum mencukupi jika dibandingkan dengan jumlah kebutuhan tenaga perawat, M2–Material (0,3;0,02) yang artinya Material di Ruang Penyakit Dalam tersebut sudah berjalan dengan baik namun daftar pasien masih belum ada independenci tim, M3–Metode (MAKP) yaitu Penerimaan Pasien Baru (-0,63;0,33) yang artinya Penerimaan Pasien Baru di Ruang Penyakit Dalam tersebut belum berjalan secara efektif dengan belum adanya orientasi pasien terhadap ruangan, Timbang Terima (-0,13;1,67) yang artinya Timbang Terima di Ruang Penyakit Dalam tersebut sudah terlaksana namun tidak dalam konteks formal sesuai MAKP, Ronde Keperawatan (0,46;1) yang artinya Ronde Keperawatan di Ruang Penyakit Dalam tersebut sudah dilaksanakan namun belum optimalnya penerapan Ronde Keperawatan dalam penerapan metode MAKP, Sentralisasi Obat (2,66;1,8) yang artinya Sentralisasi Obat di Ruang Penyakit Dalam tersebut sudah dilaksanakan dengan baik, Supervisi (-0,06;0,99) yang artinya Supervisi di Ruang Penyakit Dalam tersebut belum terjadwal dan belum terdokumentasi dengan baik, Discharge Planning (-0,92;1) yang artinya Discharge Planning di Ruang Penyakit Dalam tersebut sudah terlaksana namun belum tersedianya brosur / leaflet untuk pasien saat melakukan perencanaan pulang, Dokumentasi Keperawatan (-0,64;1,66) yang artinya Dokumentasi Keperawatan di Ruang Penyakit Dalam tersebut belum berjalan secara efektif, M4–Money (0,49;1) yang artinya Ruangan / RS tersebut sudah bekerja sama dengan pemerintah dan pembiayaan untuk Ruangan sudah dilakukan oleh pengurus administrasi RS tersebut, dan M5–Mutu (-0,1;0,3) yang artinya sistem pengendalian Mutu di Ruang Penyakit Dalam tersebut belum optimal dan survey kepuasan pasien belum optimal.
KEPUASAN PERAWAT TENTANG MAKP DAN KINERJA PERAWAT
Melihat hal tersebut, Go Reinnamah kembali melakukan sebuah penelitian pada tanggal 03 Agustus sampai dengan 14 Agustus 2015 yang berjudul “Analisis Hubungan Kepuasan Perawat Tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Primer (Modifikasi) Dengan Kinerja Perawat”. Dalam penelitian tersebut, menunjukkan adanya hubungan kepuasan perawat tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) tim primer (Modifikasi) dengan kinerja perawat. Sedangkan korelasi hubungan kepuasan perawat tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) tim primer (Modifikasi) dengan kinerja perawat memiliki korelasi yang terbalik atau tidak searah.
Menurut Go Reinnamah (2015), adanya hubungan antara kepuasan perawat tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) tim primer (Modifikasi) dengan kinerja perawat kemungkinan dikarenakan terpenuhinya harapan dari perawat itu sendiri. Ini terbukti dari 14 responden, 11 orang merasa puas dengan metode yang diterapkan dan 8 orang kinerjanya tinggi. Secara umum kepuasan perawat berada pada kategori puas dan kinerja perawat berada pada kategori tinggi. Akan tetapi korelasi kofisien kepuasan perawat dengan kinerja perawat memiliki hubungan yang terbalik, kemungkinan diakibatkan karena perawat dengan kategori puas merasa bahwa harapannya sudah terpenuhi, sehingga perawat tersebut tidak memiliki dorongan dalam dirinya untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Sedangkan perawat dengan kategori tidak puas memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja untuk memenuhi harapannya.
SARAN
1. Bagi Institusi
Penulis menganjurkan lembaga pendidikan kesehatan di seluruh Indonesia termasuk STIKes Patria Husada Blitar dapat bekerja sama dengan perawat untuk memberikan pendidikan dan pelatihan agar terciptanya perawat yang profesional dalam rangka untuk perkembangan mutu pelayanan kesehatan serta peningkatan jasa pelayanan keperawatan.
2. Bagi Perawat
Penulis menganjurkan agar perawat di seluruh Indonesia saling bekerjasama secara tim untuk memudahkan pembagian pekerjaan sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
3. Bagi Rumah Sakit / Ruangan
Mengingat pentingnya mutu pelayanan, maka penulis menganjurkan kepada seluruh Rumah Sakit / Ruangan di Indonesia untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam penerapan metode asuhan keperawatan profesional dan menyediakan fasilitas yang diharapkan dapat membantu proses kerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional– Edisi 2 – Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 4 – Jakarta: Salemba Medika.
Baca juga : Proposal Kegiatan Posyandu Lansia
Baca juga : Proposal Kegiatan Posyandu Lansia